Langsung ke konten utama

Merancang Sendiri Games Seru dan Efektif bagi Pembelajaran Anak

Zaman dulu kita mengenal ‘Bobo Sebagai Teman Bermain dan Belajar’. Sekarang anak-anak lebih tertarik dan terikat dengan gadget atau produk teknologi lain. Bukan pada buku cerita.
Inilah yang kadang membuat orangtua mengeluh, kesal pada sang anak.

“Ini anak kok seharian main game online . Kapan belajarnya?”

Keluhan seperti ini tak hanya terjadi pada satu atau dua orangtua. Sebab, tak hanya mengerjakan PR yang kadang dilupakan anak. Mereka juga bisa melewatkan makan, istirahat siang, mandi bahkan panggilan kita juga sering tak digubris.
Lalu, apa yang bisa orangtua lakukan agar mereka berhenti main games atau gadget?
Alih-alih menghentikan, kami punya cara yang lebih adil bagi orangtua dan anak. Yakni, mencari sisi positif dari games dan produk teknologi.
Jika kita hanya memandang produk teknologi sebagai ancaman kebodohan, kemalasan, merusak kesehatan mata atau mengakibatkan obesitas pada anak, maka kita akan kesulitan mencari peluang yang menguntungkan.
Sebab, games yang ada di gadget itu sebenarnya tidak semata-mata merugikan. Apabila kita mau fokus melihat sisi positifnya, orangtua atau guru bisa mengambil manfaat dari games.

Kenapa Anak-anak Menyukai Game?

Saat ini dunia berubah begitu cepat. Produk teknologi hampir tiap jam selalu diperbarui. Sumber informasi utama, seperti tv dan radio mulai ditinggalkan.
Bahkan, para produsen lebih tertarik mengiklankan produknya melalui situs berbagi video, seperti youtube atau media sosial.
Menilik kisah Bill Gates, pendiri perusahaan perangkat lunak Microsoft atau Mark Zuckerberg, penemu media sosial pengguncang dunia, facebook. Sejak usia balita, mereka tak bisa lepas dari komputer.
Hampir tiap hari, mereka utak-atik komputer dan begitu fokus menjajal tiap menu yang ada. Kelekatan mereka pada produk teknologi inilah yang akhirnya membuat mereka mampu menciptakan terobosan.

Kuncinya ada pada orangtua yang mampu mengarahkan anaknya. Bukan hanya mengomeli dan melihat sisi buruk dari games atau produk teknologi, tapi juga mampu menyadarkan anak mengenai kemampuan dan kelebihan yang dimiliki.

Game memiliki kelebihan yang terkadang tidak ditemukan anak di dunia nyata.
Dalam permainan, anak-anak bertemu dengan TANTANGAN yang makin meningkat di tiap level. Bandingkan dengan dunia nyata. Apakah Anda selalu melayani keperluan anak dan melupakan kemandirian mereka mengatasi masalah?
Tantangan dalam game itu sangat jelas. Ada tujuan dan proses mencapai tujuan yang terstruktur. Di dunia nyata, mereka bahkan tidak tahu tujuan belajar matematika.
Anak kurang memahami tujuan dari tiap kegiatan yang Anda jadwalkan. Kita pun tidak pernah memberi tahu mereka mengenai hal apa yang bisa dicapai dari belajar matematika.
Sekalipun menjelaskan, kadang penjelasan kita abstrak. Supaya pintar dan gampang cari kerja.
Pintar itu yang bagaimana?
Gampang cari kerja itu yang bagaimana?
Ingat, kemampuan berpikir dan pengalaman anak kita masih terbatas. Jadi, penjelasan abstrak tanpa disertai contoh nyata itu sulit dicerna oleh anak.
Hal kedua yang tidak ada di dunia nyata adalah PENILAIAN.
Kita hampir selalu menyalahkan anak.
Jika memecahkan piring, kita salahkan anak. “Jalan kalau nggak hati-hati, ya kaya gitu.”
Jika ulangan dapat nilai buruk, kita salahkan mereka. “Makanya jangan belajar. Main aja terus!”
Jika anak sakit karena hujan-hujanan. “Salah sendiri kemarin hujan-hujanan, nggak mau denger kata mama sih.”
Dalam dunia game, anak-anak TIDAK PERNAH DISALAHKAN.
Jika mereka gagal melanjutkan ke level berikutnya, mereka tetap mendapat nilai atau poin.
Yang lebih penting anak-anak MENDAPAT KESEMPATAN UNTUK MENCOBA LAGI. Game yang sejatinya benda mati, percaya pada kemampuan anak kita. Kenapa sebagai orangtua, Anda cenderung menyalahkan anak saat mereka melakukan kesalahan?
Seolah kesalahan itu sangat fatal dan tidak bisa diperbaiki.
Kita perlu belajar dari game. Bahwa saat anak melakukan kesalahan, kita harus berempati;
  • Menunjukkan kesalahan anak,
  • Buat anak bertanggung jawab, dan
  • Tunjukkan pula kemampuan anak memperbaiki kesalahan.
Hal ketiga yang membuat anak menyukai game adalah PENGHARGAAN.
Tiap kali anak berhasil mengatasi tantangan, mereka akan mendapat poin.
Poin ini akan terus bertambah jika mereka berhasil naik level atau mencapai tujuan dari tiap level.
Bandingkan dengan dunia nyata. Orangtua cenderung menyalahkan, menyudutkan, menyindir dan mengulang-ulang kesalahan anak di masa lalu.
Tapi, saat anak mampu melakukan kebaikan, kita jarang memberikan sambutan. Kalau anak bisa bangun pagi, kita malah nyindir, “Tumben bisa bangun pagi.”
Kenapa tidak berkata yang sebaliknya? “Alhamdulillah. Kamu patut bangga nak, sama diri kamu karena bisa sholat subuh hari ini.”
Penghargaan sederhana yang Anda berikan atas usaha anak, akan membangun kepercayaan dirinya.
“Oh, ternyata aku bisa bangun pagi.” Respon positif akan menyadarkan anak mengenai kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya, ia akan berusaha menunjukkan kemampuannya yang lain.
Hal keempat yang membuat game menjadi menyenangkan adalah KETERLIBATAN PERASAAN.
Tidak ada anak yang main game, tanpa perasaan. Hampir semua anak yang main game pasti pakai emosi.
Mereka senang, penasaran untuk menelusuri tiap level dan antusias menyelesaikan permainan.
  • Saat anak gagal mengatasi hambatan, mereka menjerit
  • Saat anak berhasil mengatasi hambatan, mereka melompat kegirangan
Seluruh panca inderanya ikut aktif. Pendengaran dan penglihatannya menjadi fokus. Sentuhan tangannya menjadi sensitif, emosinya naik-turun mengikuti alur game, tubuhnya pun ikut bergerak merespon hasil dari permaianannya.
Bandingkan dengan proses pembelajaran di sekolah. Cenderung memasung gaya belajar anak. Mereka dipaksa duduk, mendengarkan dan mencatat.
Inilah yang membuat anak kurang antusias mengikuti proses pembelajaran di kelas. Mereka sekedar datang ke sekolah, memang kelihatan anteng, tapi hanya fisiknya.
Jiwa dan pikirannya melayang ke hal lain yang lebih menarik dan mampu membuat mereka bebas bergerak, berpikir.

Game Pembelajaran Anak

Setelah mengenal sisi positif dari game, ada baiknya kita mencoba memanfaatkan game untuk proses pembelajaran.
Sistemnya disebut dengan GAMIFIKASI. Yakni, merancang game dalam program atau aplikasi yang menyenangkan sekaligus efektif bagi pembelajaran anak.
Sebenarnya sistem GAMIFIKASI ini sudah banyak dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah di luar negeri.
Bukan hanya orangtua, tapi pengajar di sekolah lebih ditekankan untuk menggunakan GAMIFIKASI.
Bahkan, jika diterapkan untuk komunitas seperti kelas, sistem ini jadi jauh lebih menyenangkan.
Selain TANTANGAN, PENILAIAN, PENGHARGAAN DAN KETERLIBATAN EMOSIdi dalam kelompok atau kelas kita juga bisa mengajarkan anak pada KERJASAMAPERSAINGAN SEHAT DAN PENGAKUAN.

Tujuan dari GAMIFIKASI sendiri adalah menciptakan proses pembelajaran yang bermakna, interaktif, mengandung kesalahan yang bisa diperbaiki dan relevan ke dunia nyata.

Tertarik memanfaatkan sistem gamifikasi? Tidak perlu takut jika Anda tak memiliki background sebagai pengembang game atau kurang melek teknologi.
Karena ada beberapa situs atau aplikasi yang bisa membantu Anda merancang game sendiri.
Salah satunya adalah Kahoot!
Kahoot! adalah platform pembelajaran berbasis game gratis untuk guru atau orangtua. Anda bisa merancang game edukasi anak paud atau game edukasi anak tk bahkan SD dalam hitungan menit.
Format game, materi belajar, jumlah pertanyaan dan tantangan tidak dibatasi alias terserah Anda.
Platform ini pun tidak ada batasan usia. Anak-anak dari segala usia bisa menggunakannya. Apakah Anda guru, orangtua atau sekedar ingin bermain, bisa menggunakan aplikasi ini.
Anda bisa menambahkan video, gambar, diagaram untuk membuat game buatan Anda lebih menarik.
Anak tidak harus menggunakan smartphone Anda untuk memainkan game tersebut. Mereka bisa mengakses game buatan Anda dari perangkat gadget mereka sendiri.
Jika Anda memiliki lebih dari satu anak, Anda bisa menantang mereka bermain bersama di gadget masing-masing.
Setelah itu, minta mereka berbagi hasil permainannya. Inilah saat yang tepat bagi Anda untuk memperdalam pemahaman anak mengenai pembelajaran yang baru saja dilakukan.

Anda bisa mengajarkan pada anak bahwa BELAJAR ITU BISA DIMANA SAJA, KAPAN SAJA, DENGAN SIAPA SAJA DAN DENGAN GAYA APA SAJA.

Tidak mesti duduk, membaca buku, mendengarkan atau mencatat.
Proses belajar menggunakan game edukasi di pc atau smartphone jadi lebih menyenangkan, meningkatkan antusiasme belajar dan jauh lebih efektif.

Komentar